
Dinamika di Dunia Bulutangkis Tunggal Putra
Dalam dunia bulutangkis, khususnya sektor tunggal putra, dinamika yang terjadi saat ini mengingatkan kita pada kutipan Pramoedya Ananta Toer dalam novel "Bukan Pasar Malam". Ia menyatakan bahwa manusia datang dan pergi satu per satu. Begitu juga dengan para atlet bulutangkis yang dulu menjadi ikon, kini mulai jarang terdengar. Beberapa bahkan memutuskan untuk pensiun tanpa adanya pemberitahuan sebelumnya.
Kento Momota, yang dulu menjadi raja di sektor tunggal putra, kini telah pensiun di usia 29 tahun. Kecelakaan di Malaysia menjadi salah satu penyebab penurunan performanya. Sementara itu, Viktor Axelsen dan Lee Zii Jia juga sedang menghadapi cedera yang membuat mereka tidak bisa tampil maksimal. Di Indonesia, dua atlet andalan, Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting, juga tengah berjuang untuk kembali ke bentuk terbaik mereka.
Jonatan Christie, yang biasanya menjadi andalan Indonesia, belum berhasil meraih gelar juara sepanjang tahun ini. Sementara Ginting baru saja kembali setelah menjalani pemulihan dari cedera bahu selama enam bulan lebih. Meskipun begitu, saya percaya bahwa keduanya masih memiliki semangat besar untuk kembali memperkuat tim Indonesia.
Regenerasi di Sektor Tunggal Putra
Salah satu kabar baik adalah munculnya regenerasi di sektor tunggal putra. Dua pemain muda, Alwi Farhan dan Mohammad Zaki Ubaidillah (Ubed), kini menjadi andalan baru di Pelatnas PBSI. Mereka menunjukkan potensi yang luar biasa dan menjadi harapan baru bagi bulutangkis Indonesia.
Alwi Farhan, yang lahir di Surakarta dan berusia 20 tahun, baru saja meraih gelar juara di Macau Open 2025. Ini merupakan gelar pertama yang diraih oleh tunggal putra Indonesia di BWF World Tour tahun ini. Dalam pertandingan final, dia mengalahkan Justin Ho dengan skor 21-15, 21-5. Gelar ini sangat berarti karena Alwi menjadi yang kedua setelah Taufik Hidayat yang pernah menjuarai Macau Open.
Selain itu, Alwi juga berhasil mengalahkan Lakshya Sen di semifinal dengan skor telak 21-16, 21-9. Performa yang luar biasa ini membuktikan bahwa ia memiliki potensi besar untuk berkembang lebih jauh. Bahkan, pada 2023, Alwi sukses menjadi juara dunia junior, sehingga banyak orang berharap dia bisa menjadi juara dunia di level senior.
Ubed, Pemain Muda yang Menjanjikan
Di sisi lain, Ubed, anak muda asal Sampang, Madura, yang berusia 18 tahun, juga menunjukkan bakat yang luar biasa. Posturnya tinggi, 175 cm, dan gaya mainnya tenang namun mematikan. Ubed juga dikenal sebagai pekerja keras di lapangan. Baru-baru ini, dia berhasil meraih gelar juara Asia junior setelah tampil terbaik di Asian Junior Championship 2025. Selanjutnya, dia akan mengincar gelar juara dunia junior 2025.
Tahun 2024 lalu, Ubed sudah tampil di Kejuaraan Dunia Junior 2024 di usia 17 tahun dan berhasil meraih medali perunggu. Performa yang luar biasa ini menunjukkan bahwa dia memiliki masa depan cerah di dunia bulutangkis.
Rivalitas Antara Alwi dan Ubed
Yang menarik, Alwi Farhan dan Ubed sudah saling bertemu dalam beberapa turnamen resmi. Pertemuan pertama terjadi di final Indonesia Masters (I) 2024 Super 100 di Pekanbaru, di mana Ubed berhasil menang. Namun, dalam pertemuan terbaru di babak 16 besar Macau Open 2025, Alwi berhasil membalas dengan kemenangan rubber game.
Rivalitas antara keduanya menjadi motivasi untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuan. Namun, sering kali warganet terbawa perasaan dan terlalu mendukung satu pemain sambil merendahkan yang lain. Sebagai penggemar bulutangkis, kita harus tetap bijak dalam mendukung atlet tanpa menghujat atau merendahkan pemain lain. Salam!
0 Comments