Bidan Pecinta Batik Bangkitkan Jumputan dengan Inovasi Teknik Prada

Featured Image

Sentra Wastra Jumputan Bang Syaiful Menarik Perhatian Tokoh Nasional

Jumputan Bang Syaiful, yang merupakan salah satu sentra wastra di Palembang, menjadi lokasi kunjungan penting bagi Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Selvi Ananda dan Ketua Tim Penggerak PKK Pusat Tri Suswati. Kunjungan ini dilakukan pada hari Sabtu, 2 Agustus 2025, dan menunjukkan perhatian besar terhadap karya-karya lokal yang memadukan tradisi dengan inovasi.

Dalam kunjungan tersebut, tim Dekranas, Penggerak PKK, dan Seruni membeli ratusan potong jumputan, termasuk produk andalan yaitu jumputan prada yang telah dimodifikasi oleh Sherli dengan gaya dan inovasi baru. Produk ini memiliki daya tarik yang tinggi karena kombinasi antara teknik tradisional dan desain modern.

Latar Belakang Sherli, Pemilik Usaha Jumputan Bang Syaiful

Sherli, pemilik usaha sekaligus penggerak utama Jumputan Bang Syaiful, tidak memiliki latar belakang fashion. Ia justru berprofesi sebagai bidan. Namun kecintaannya kepada kain tradisional mengantarkan dirinya pada dunia wastra. Bersama suaminya, ia mendirikan usaha ini pada tahun 2020, meneruskan tradisi keluarga yang telah menekuni kerajinan jumputan sejak awal 1990-an.

Awalnya, Sherli belajar secara autodidaktik. Lamalama, ia jatuh cinta pada wastra dan mulai memproduksi serta menjualnya. Kini, usahanya telah berkembang pesat dan menjadi salah satu ikon wastra Palembang.

Inovasi dalam Teknik dan Motif Jumputan Prada

Produk andalan mereka adalah jumputan prada, kain jumputan khas Palembang yang dihias dengan tinta emas. Dulu, tekniknya menggunakan prada karet yang menghasilkan kain yang lengket. Namun kini, Sherli memperkenalkan metode prada tulis dengan tinta emas yang tidak lagi lengket karena peletakannya sudah diperbarui.

Jika ada yang ingin membeli, Sherli menyediakan produk ini dalam bentuk kain berukuran 3 x 10 meter. Ada juga selendang hingga setelan busana yang bisa dibeli dengan harga bervariasi. Tak hanya berinovasi dalam motif dan teknik, Sherli juga mempopulerkan pemakaian pewarna alami menggunakan limbah getah gambir, yang akan menghasilkan warna-warna yang cantik dan ramah lingkungan.

“Kami menggunakan warna alami dengan getah gambir. Sekarang sebutannya seperti eco print atau print alami dari alam sehingga lebih ramah lingkungan,” ujar Sherli.

Harga dan Penjualan yang Menguntungkan

Harga produknya, kata Sherli, mulai dari Rp100 ribu untuk jilbab jumputan hingga Rp1 juta untuk kain premium. Dalam sebulan, usaha ini mampu menjual hingga 1.000 potong kain dan 300 setelan pakaian, yang sebagian besar didistribusikan oleh para reseller aktif.

Tantangan yang Dihadapi Perajin Lokal

Meski penjualan hari itu melonjak berkat rombongan tamu nasional, Sherli tak menutup mata pada tantangan yang dihadapi perajin lokal. Menurut dia, maraknya kain printing membuat usaha jumputan handmade terdesak.

“Dulu perajin kami ada sekitar 50 orang, sekarang tinggal 20 orang. Pembuatan satu kain handmade bisa memakan waktu seminggu, sementara printing bisa menghasilkan bermeter-meter dalam sehari,” ia mengeluhkan.

Sherli berharap ada dukungan konkret dari pemerintah daerah, misalnya dengan mengeluarkan peraturan daerah yang mengatur penggunaan kain printing di instansi pemerintahan serta mendorong aparatur sipil negara (ASN) mengenakan kain buatan tangan dalam kegiatan formal.

“Kami juga meminta dukungan pemerintah untuk dibuatkan perda supaya ASN dan lainnya bisa pakai pakaian handmade, seperti jumputan atau kain khas Sumatera Selatan lain, sebagai bentuk pelestarian dan dukungan untuk perajin lokal,” ucapnya.

Hubungan dengan Pelanggan yang Berkelanjutan

Sherli yakin hubungan dengan pelanggan tidak sebatas transaksi semata. “Bagi saya, pembeli bisa menjadi keluarga. Dari sini kami bisa menjalin relasi dengan banyak orang, termasuk ASN dan para pejabat,” tuturnya.

Saat ini produksi Jumputan Bang Syaiful dilakukan di dua lokasi, yakni di Sentra Jumputan Palembang di Jalan Aiptu A. Wahab, Kelurahan Tuan Kentang, Kecamatan Seberang Ulu I, tak jauh dari Stasiun Kertapati Palembang; serta di Jalan Hamzah Kuncit Tuan Kentang yang tak jauh dari lokasi pertama.

Post a Comment

0 Comments