
Ulang Tahun Tobatenun yang Ke-7: Mengangkat Budaya Tenun Batak
Tobatenun, sebuah perusahaan sosial dan merek fashion yang berfokus pada tenun Batak, merayakan ulang tahunnya yang ke-7. Dalam usia yang mendekati satu dekade ini, Tobatenun menggelar program bertajuk Ugari: Luhur. Nama Ugari dalam bahasa Batak berarti budaya, dan acara ini menjadi momen penting bagi Tobatenun untuk memperkenalkan kembali galeri dan studio mereka yang terletak di Sopo Del Tower, Kuningan, Jakarta Selatan.
Studio & Gallery Tobatenun kini tidak hanya berfungsi sebagai ruang retail kain-kain tenun Batak, tetapi juga sebagai galeri yang menampilkan koleksi kain tradisional Sumatra Utara yang penuh makna. Selain itu, ruangan ini juga bisa disewa untuk berbagai acara, menjadikannya tempat yang ideal untuk pertemuan atau pameran seni.
Kain tenun Batak memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Batak. Mulai dari kelahiran hingga kematian, kain ini selalu hadir dan menyatu dalam setiap fase kehidupan. Namun, jika tidak dilestarikan dan diperbarui, tradisi ini berisiko hilang oleh perkembangan zaman. Inilah yang mendorong Kerri Na Basaria, CEO dan pendiri Tobatenun, untuk melestarikan tenun Batak melalui bisnisnya.
“Kami selalu bilang, ini surat cinta dari saya dan Ibu saya untuk para partonun (penenun Batak). Beliau menyukai kain, saya dibesarkan untuk mengapresiasi wastra. Lama kelamaan, saya melihat ulos penting sekali untuk kehidupan orang Batak, menemani fase kehidupan kita semua,” ujar Kerri saat menghadiri acara Ugari: Luhur beberapa waktu lalu.
Ia juga menambahkan bahwa situasi tenun Batak saat ini cukup memprihatinkan. Sebagai orang Batak Toba, ia sangat sentimental dan diajarkan bahwa meskipun sudah merantau, ia tetap harus ingat kampung halamannya.
Program Edukasi dan Pameran Kain Tenun Batak
Bagi kamu yang tertarik belajar lebih dalam tentang kain tenun Batak, kamu dapat mengunjungi Studio & Gallery Tobatenun setiap Senin–Jumat hingga 15 Agustus mendatang. Galeri ini menampilkan perjalanan Tobatenun sekaligus visual-visual tenun Batak yang indah dan penuh estetika.
Salah satu inisiatif yang dilakukan oleh Tobatenun adalah merevitalisasi motif tenun Batak yang langka, termasuk motif Ragi Idup. Ulos Ragi Idup atau Ragidup merupakan salah satu tenun Batak yang sangat sakral. Motif ini memiliki derajat paling tinggi dibandingkan tenun Batak lainnya. Kerri menyebutnya sebagai “rajanya ulos” karena tidak sembarang orang bisa memakai motif ini.
Hanya mereka yang keturunannya sudah lengkap yang boleh menggunakan motif Ragi Idup. Contohnya, seorang perempuan Batak yang semua anaknya sudah menikah dan punya anak bisa mengenakan kain motif ini. Anak muda tidak diperbolehkan memakai motif ini.
Proses penenunan Ulos Ragi Idup sangat rumit karena menggabungkan banyak teknik seperti tenun ikat, tenun jungkit, tenun datar, tenun jugia, mangarapot, dan sirat. Hasilnya adalah motif yang menggabungkan kain berwarna cerah dan gelap tanpa proses penjahitan; seluruhnya digabungkan dengan ditenun.
Revitalisasi Motif Tenun Batak
Dalam melakukan revitalisasi motif tenun sakral ini, tim Tobatenun menghadapi tantangan tersendiri. Proses riset dan pengembangan dilakukan dengan mendampingi para penenun dalam melihat motif lawas ini. Penenun belajar dengan melihat dan mencoba mengulang teknik-teknik yang sudah lama hilang.
Kolaborasi dengan Desainer Lokal
Untuk merayakan hari jadinya, Tobatenun juga bekerja sama dengan desainer lokal dalam meluncurkan koleksi busana berbahan tenun Batak. Hasil kolaborasi ini menunjukkan bahwa tenun Batak tidak hanya bisa digunakan sebagai kain, tetapi juga bisa dikreasikan menjadi busana-busana apik.
Beberapa desainer yang bekerja sama dengan Tobatenun antara lain AMOTSYAMSURIMUDA yang mengeksplorasi tenun menjadi busana pria bernuansa kontemporer; Eridani yang menghasilkan busana feminin menggunakan Ulos Sadum dan Hiou Simakataka; serta DANJYO HIYOJI dengan koleksi yang bereksperimen dengan kain tenun sisa oleh partonun lewat metode perca atau patchwork.
0 Comments