Makna Tersembunyi dalam Motif Tenun Batak

Featured Image

Motif Ragi Idup dalam Tenun Batak yang Penuh Makna

Tenun Batak, atau yang dikenal dengan ulos, memiliki berbagai motif yang kaya akan makna dan sejarah. Salah satu motif yang paling kompleks adalah ragi idup. Motif ini tidak hanya menunjukkan keindahan seni tenun, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai adat dan budaya masyarakat Batak. Dalam pameran visual Ugari di Tobatenun Studio & Gallery, ragi idup dipertunjukkan bersama dengan beberapa koleksi kolaborasi dari merek fashion lokal.

Kerri Na Basaria, pendiri dan CEO Tobatenun, menyampaikan bahwa banyak motif tenun Batak lawas yang semakin langka dan tidak dikenal oleh generasi muda. Salah satunya adalah ragi idup, yang merupakan simbol dari kekayaan dan kedalaman praktik adat masyarakat Batak. "Saya melihat ragi idup lawas sangat indah dibandingkan dengan ragi idup yang digunakan dalam acara adat saat ini. Mengapa tidak bisa dikembalikan seperti ini?" ujarnya.

Untuk merevitalisasi motif ini, Kerri mengatakan membutuhkan proses riset dan pengembangan selama hampir satu setengah tahun. Proses ini dimulai dari mendampingi para penenun dan mengamati motif tenun lawas. "Ragi idup seperti rajanya ulos, yang paling mewakili pentingnya adat dalam masyarakat Batak," tambahnya.

Makna dan Teknik dalam Motif Ragi Idup

Pakar wastra, Ratna Panggabean, menjelaskan bahwa ragi idup secara harfiah berarti corak kehidupan. Dalam pembuatannya, diperlukan ketenunan yang membutuhkan konsentrasi tinggi, terutama dalam penyambungan benang lungsi warna gelap ke warna putih di ujung kain yang disebut mangarapot. "Ini yang melahirkan perasaan bahwa yang memakai ini tidak bisa sembarangan," ujarnya.

Dalam tradisi Batak Toba, kain ini hanya boleh dipakai oleh perempuan atau laki-laki yang sudah memiliki anak dan memiliki cucu. "Akan aneh jika anak muda masih single memakai ragi idup," kata Ratna.

Selain itu, dalam pembuatan tenun Batak, ragi idup menggunakan teknik-teknik dari daerah lain. Ada tiga teknik utama dalam motif ragi idup yaitu songket, ikat, dan lungsi.

Teknik-Teknik yang Digunakan dalam Pembuatan Ragi Idup

  1. Tenun datar
    Teknik ini merupakan dasar dari tenun Batak yang dikenal sebagai Mandatar dalam bahasa Batak. Teknik ini melibatkan penjalinan benang lungsi (vertikal) dengan benang pakan (horizontal) secara bergantian untuk menghasilkan warna polos atau motif garis.

  2. Teknik ikat
    Teknik ini menggambarkan harmoni antara maskulin dan feminin. Proses pewarnaan pada benang dilakukan sebelum ditenun. Teknik ini digunakan pada bagian Tor dan menghubungkan bagian atas dan bawah (Tinorpa).

  3. Teknik Jungkit
    Juga dikenal sebagai Tenun Songket atau teknik pakan tambah (supplementary weft). Benang pakan tambahan diselipkan untuk menghasilkan motif yang berdimensi. Teknik ini digunakan untuk membentuk motif tumtuman di area tertentu.

  4. Teknik Jugia
    Teknik ini melibatkan penambahan benang lungsi (supplementari Warp) pada bagian tepi dalam Ambi. Berbeda dengan Songket, teknik ini menambahkan benang lungsi bukan pakan. Teknik ini termasuk langka dan hanya dikuasai di beberapa wilayah seperti Sumba, NTT, yang dikenal dengan teknik pahikung, serta Lombok, NTB, yang disebut teknik sabuk anteng.

  5. Mangarapot
    Disebut juga manuluki, merupakan teknik penambungan antarbidang tenun tanpa dijahit. Bagian-bagian kain disatukan dengan cara dililit dan dijalin menggunakan teknik tradisional, menghasilkan struktur yang kokoh sekaligus estetis.

  6. Sirat
    Teknik ini menjadi bagian akhir dari ulos ragi idup yang berfungsi sebagai penutup sekaligus aksen. Sirat dibuat dengan teknik anyam dan ronce, sebagai penegas kesempurnaan struktur kain ini.

Post a Comment

0 Comments